Kota bawah tanah Nushabad: Salah satu mahakarya arsitektur kuno

05. 03. 2018
Konferensi internasional eksopolitik, sejarah, dan spiritualitas ke-6

Kota bawah tanah kuno Nushabad di Iran dianggap oleh para sarjana sebagai salah satu mahakarya teknik kuno terbesar. Kebudayaan kuno ribuan tahun yang lalu secara misterius telah menggali kedalaman delapan belas meter ke dalam bumi, menciptakan sebuah kota canggih di bawah permukaan, dengan lorong-lorong, ruangan-ruangan, dan terowongan-terowongan luas di mana manusia dapat hidup dalam jangka waktu yang lama.

Kota bawah tanah Nushabad (juga disebut sebagai Ouyi) dianggap salah satu mahakarya terbesar teknik dan arsitektur kuno. Terletak di Iran tengah di provinsi Isfahan di tengah gurun di mana cuaca buruk sering terjadi. Variasi suhu normal di Nushabad. Pada siang hari masyarakat harus bertahan dari panas terik, pada malam hari membeku. Mahakarya bawah tanah ini terkenal dengan kompleks terowongan dan ruang bawah tanahnya yang luar biasa yang membawa para peneliti dan wisatawan kembali ke masa Kekaisaran Sasanian.

Kisah Sasanian yang legendaris

Nama "Nushabad" dapat diterjemahkan sebagai "kota dengan air dingin yang lezat" dan terkait dengan bagaimana kota itu terbentuk. Menurut salah satu versi cerita, suatu hari seorang raja Sasan sedang lewat dan minum air dari mata air setempat. Kagum dengan air segar, dingin dan jernih yang baru saja diminumnya, ia memerintahkan agar dibangun sebuah kota di sekitar mata air tersebut. Raja kemudian menamai kota itu "Anushabad" yang berarti "kota air dingin yang enak", kemudian nama kota itu diubah menjadi "Nushabad".

Mengapa mereka membangun kota bawah tanah ribuan tahun yang lalu?

Para ilmuwan telah mengajukan beberapa teori, mulai dari suhu ekstrem hingga peperangan dan bahkan tingkat radiasi dan polusi yang sangat tinggi di zaman kuno. Seiring berjalannya waktu, kota bawah tanah menjadi lebih dari sekedar tempat di mana penduduk di wilayah tersebut bisa mendapatkan air bersih atau menghindari cuaca buruk. Nushabad juga berfungsi sebagai tempat perlindungan selama perang. Selama berabad-abad, banyak perampok datang ke wilayah ini untuk menjarah dan membunuh. Invasi Mongol ke Iran pada abad ke-13 adalah contoh yang terkenal mengenai hal ini. Ketika para penyerbu ini tiba di kota di permukaan, mereka mendapati kota itu kosong karena penduduknya telah melarikan diri ke kota bawah tanah. Nushabad digunakan dengan cara ini sepanjang sejarah Iran hingga periode Qajar.

Kota ini dibangun dengan sangat baik dan para pembangunnya merencanakan segalanya dengan sempurna. Kota bawah tanah ini bahkan memiliki sejumlah lubang ventilasi yang memberikan udara segar bagi penghuninya, jika mereka memutuskan untuk tinggal di bawah tanah untuk jangka waktu yang lama. Mata air segar memberi mereka air segar, dan para ilmuwan mengatakan ada bukti adanya ruang di bawah permukaan tempat penduduk kota bawah tanah menyimpan makanan.

Para arkeolog yang menjelajahi kota kuno ini telah menemukan serangkaian terowongan dan lorong yang rumit, serta tepian besar yang digali ke dalam dinding yang berfungsi sebagai bangku dan tempat tidur bagi penduduknya. Ini berarti bahwa kota bawah tanah Nushabad direncanakan dengan sangat baik dan menawarkan perlindungan kepada penduduknya dari dunia luar pada saat dibutuhkan. Kedalaman kota bawah tanah bervariasi dari empat hingga delapan belas meter.

Hingga saat ini, para arkeolog belum dapat sepakat mengenai alasan dan siapa yang membangun kota kuno ini. Salah satu teori yang paling diterima menyatakan bahwa pembangunnya menciptakan kota bawah tanah untuk menghindari perang. Dinasti Sassaniyah merupakan periode klasik terakhir di wilayah tersebut dan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh, saingan Romawi. Kekaisaran mengalami banyak perang. Shahanshah terakhir, seorang raja segala raja bernama Yazgerd (632-651), menyerah pada invasi Islam setelah konflik besar yang berlangsung selama 14 tahun. Tidak mengherankan jika banyak orang mencari perlindungan selama perang bawah tanah. Dan kota bawah tanah Nushabad menawarkan perlindungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar pintu masuk ke kota bawah tanah berukuran kecil, hanya bisa dimasuki oleh satu orang, artinya pasukan penyerang akan kesulitan menaklukkan kota.

Namun, jika kita mengesampingkan teori perang dan suhu ekstrem sebagai alasan mengapa kota kuno itu dibangun, dugaan yang lebih kontroversial adalah bahwa orang-orang pada zaman dahulu mencari perlindungan dari ledakan "nuklir" yang melanda wilayah tersebut. Karena ini bukan satu-satunya kota bawah tanah, banyak penulis dan pengikut teori astronot kuno berasumsi bahwa orang-orang kuno membangun banyak kota bawah tanah untuk menghindari "perang nuklir" yang ditimbulkan oleh makhluk, yang disalahartikan sebagai dewa, terhadap umat manusia. Ada teori yang menunjukkan bukti ledakan nuklir ribuan tahun yang lalu telah ditemukan oleh para ahli di Mohenjo-Daro di Pakistan barat, membuat banyak penulis dan peneliti berpendapat bahwa peradaban prasejarah sudah ada di Bumi sebelum sejarah tertulis dan memiliki teknologi yang lebih maju daripada kita. bisa dibayangkan. Kota kuno Mohenjo-Daro hancur, dan radiasi tingkat tinggi dilaporkan ditemukan di antara reruntuhannya. Bangunan-bangunan meleleh karena panas yang melebihi 1500 derajat Celsius.

Inilah sebabnya banyak penulis menyatakan bahwa kota-kota kuno yang kita lihat di seluruh dunia adalah hasil karya budaya kuno yang lolos dari peristiwa kekerasan luar biasa yang menimpa planet kita ribuan tahun yang lalu.

Artikel serupa