Journey to Bali (5): Garuda Wishina Kencana
14. 01. 2019garuda secara historis dipandang sebagai makhluk yang menyerupai burung. Itu dihormati oleh sekolah agama Hindu, Budha dan Jainisme. Ia sering digambarkan sekaligus sebagai dewa Wisnu. Itu saat itu (masih bersama Tuhan Siwa) salah satu yang paling menonjol Hindu dewa. Dia memiliki banyak pengikut yang menganggapnya sebagai Tuhan tertinggi dan satu-satunya yang benar.
Simbolisme serupa juga dapat dilihat pada naga Jepang yang mengabdi pada dewa mereka atau pada ular berbulu Maya - Kukulkan.
Disarankan agar saya mengunjungi taman budaya alam di Bali Garuda Wisnu Kencana (GWK), yang dibangun beberapa tahun lalu di dekat ibu kota Denpasar di bagian selatan semenanjung Bali di tempat yang dikenal dengan nama Ungasan. Penduduk asli menganggapnya sebagai kebanggaan lokal mereka, jadi saya sangat penasaran dengan apa yang terlihat di sana.
Seperti yang sudah dikatakan – garuda menurut legenda, adalah burung mitos. Wisnu kemudian sama dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Ceko Wisnu dan sebuah kata Kencana memiliki arti untuk dalam bahasa ibu angkutan.
Patung itu menggambarkan dari tuan Wisnu mengendalikan burung mitos Garuda. Ini adalah perwujudan kebijaksanaan dan jalan sadar menuju keilahian permanen. Alas patung ini dikelilingi oleh taman besar (taman budaya) seluas lebih dari 2,5 km2. Ada formasi batuan kapur persegi panjang dan versi patung pusat yang lebih kecil. Ada juga kepala patung yang lebih kecil yang berumur beberapa abad (bahkan mungkin satu milenium), yang menjadi model versi modern dari keseluruhan patung besar tersebut.
Saya harus mengatakan bahwa perselingkuhan besar yang tampak ajaib ini tidak meninggalkan kesan emosional yang mendalam pada saya pribadi. Saya merasa itu lebih merupakan daya tarik wisata daripada tempat suci. Sekadar pengalaman wisata budaya, yang tak pelak lagi kemegahan lingkungan alam romantis di masa lalu bisa dihembuskan dengan ringan.
(09.01.2019 @ 07: 37 Bali)