Mengubah gelombang otak menjadi musik

03. 10. 2020
Konferensi internasional eksopolitik, sejarah, dan spiritualitas ke-6

Pernahkah Anda bertanya-tanya seperti apa suara otak Anda saat berpikir? Para ilmuwan di Tiongkok melakukan hal tersebut – dan itulah sebabnya mereka menemukan cara untuk mengubah gelombang otak menjadi musik.

Dari non-melodik hingga melodis

Pada tahap awal percobaan, para peneliti memperoleh suara yang agak melengking dan non-melodi, namun baru-baru ini mereka menemukan cara untuk mendapatkan musik otak yang berkualitas lebih baik dengan menggabungkan data dari impuls listrik dan pengukuran aliran darah di otak. Selain menggabungkan sains dan seni, para peneliti berharap musik otak suatu hari nanti dapat digunakan untuk membantu orang mengendalikan gelombang otak dan mengurangi hal-hal seperti kecemasan dan depresi.

Awalnya, peneliti Jing Hu dari Universitas Sains dan Teknologi Elektronik di Chengdu, Tiongkok, dan rekan-rekannya menggunakan electroencephalograph (EEG) untuk menyusun melodi otak. EEG mencatat aktivitas listrik di sekitar tengkorak. Dengan bantuan perangkat lunak khusus, para ilmuwan mengubah sinyal listrik menjadi not musik. Amplitudo atau tinggi gelombang menentukan nada nada dan panjang gelombang menentukan berapa lama nada tersebut bertahan.

Namun, intensitas musik yang dihasilkan seringkali berubah secara tiba-tiba sehingga menimbulkan pengalaman mendengarkan yang tidak menyenangkan.

Anda dapat menemukan contoh musik otak di sini:

Resonansi magnetis

Oleh karena itu, tim kini juga mulai menggunakan resonansi magnetik fungsional atau fMRI. Teknik ini mengukur kadar oksigen darah di otak hampir secara real-time, sehingga memungkinkan para ilmuwan menentukan bagian otak mana yang paling teroksigenasi dan paling aktif pada saat tertentu. Hu dan rekan-rekannya meminta seorang gadis berusia 31 tahun dan seorang wanita berusia XNUMX tahun untuk bersantai di mesin fMRI. Mereka kemudian menggabungkan data yang diperoleh dari fMRI dengan data dari EEG, yang juga diambil dalam keadaan istirahat, dan menciptakan musik baru yang berasal dari otak.

Pada tanggal 14 November, para peneliti menerbitkan informasi di jurnal PLoS ONE yang dapat diakses publik bahwa, menurut panel yang terdiri dari sepuluh musisi, hasil baru ini terdengar lebih mirip dengan musik klasik (yang dibuat oleh manusia), dibandingkan dengan musik yang diperoleh hanya menggunakan EEG. Para peneliti juga menulis bahwa musik pada akhirnya dapat digunakan dalam terapi biofeedback, di mana pasien mencoba mengendalikan aktivitas otak mereka secara sadar.

Para ilmuwan mampu mengekstrak lebih banyak informasi dari gelombang otak kita. Dalam sebuah studi tahun 2011, para peneliti merekonstruksi video tentang apa yang dilihat orang berdasarkan aktivitas otak saja.

Otak kita dapat melakukan keajaiban. Kita bisa mengubah aktivitasnya menjadi musik. Namun musik juga dapat mempengaruhi aktivitas otak. Di bawah ini adalah jenis-jenis gelombang otak dan contoh rangsangannya.

Gelombang otak

Gelombang beta - persepsi aktif, terkadang stres

Tingkat Hertz: 14-40 Hz
Efek: kebangkitan, kesadaran normal
Contoh: Percakapan aktif atau keterlibatan untuk bekerja

Gelombang alfa - selama meditasi, relaksasi

Tingkat Hertz: 8-14 Hz
Efek: tenang, rileks
Contoh: Meditasi, istirahat

Gelombang theta - relaksasi yang dalam, meditasi yang dalam

Tingkat Hertz: 4-8 Hz
Efek: Relaksasi mendalam dan meditasi
Contoh: Daydreaming

Gelombang Delta - tidur nyenyak, tidak sadar

Tingkat Hertz: 0-4 Hz
Efek: Tidur nyenyak
Contoh: REM Sleep Experience

Tip untuk barang dari e-shop Sueneé Universe

Radim Brixí, Jana Matějíčková: CD Relaksasi & Meditasi

Musik santai meditatif diiringi seruling, mangkuk Tibet atau didgeridoo.

Jana Matějíčková: bernyanyi, peluit - akhiran, didgeridoo, mangkuk Tibet, sansula dan dia menggerutu.

Saya suka Brix: Seruling Sri Lanka, instrumen elektronik, mangkuk Tibet, didgeridoo, sansula, biola dan nyanyian India.

Radim Brixí, Jana Matějíčková: Relaksasi & Meditasi CD

Artikel serupa